( Manusia dan Harapan )
Semua manusia yang terlahir di bumi ini adalah pemenang, buktinya adalah
saat sel telur hadir maka akan diperebutkan oleh beberapa sperma untuk dibuahi.
Dan hanya sperma yang menanglah yang bisa bertahan untuk membuahi sel telur,
yang nantinya akan berubah menjadi embrio calon janin.
Ketika janin tersebut bertumbuh dan terus besar hingga terlahir menjadi mausia,
hingga mengalami siklus pertumbuhan. Dari bayi hingga dewasa.
Pada masa pertumbuhan itulah manusia mendapatkan stimulus dan pengaruh baik
yang bagus maupun yang tidak. Pengaruh tersebutlah yang akhirnya menjadi bagian
pembentuk kepribadian.
Kalau anda dan saya terlahir sebagai pemenang, lantas kenapa ketika telah
dewasa kita cenderung untuk menjadi pengecut?
Lah apa hubungannya? mungkin anda bertanya seperti itu saat membacanya.
Tentu ada, setiap pemenang selalu berani memasang target pada hidupnya untuk
selalu mengaktifkan sel-sel pemenangnya. Diantara target yang dipasang
tersebut, di dalamnya ada mimpi yang ingin diraih dan dicapainya.
Tentu mimpi tersebut tidak datang tiba-tiba. Tapi mimpi itu dibayangkan dan
dipasang. Mimpi bukan hanya ya yang penting mimpi dan akhirnya terlupakan.
Begitu terus sepanjang kehidupan.
Kenapa takut untuk bermimpi besar?
Bagaimana bisa disebut sebagai pemenang kalau bermimpi saja anda tidak
bisa. Ah salah, bukannya tidak bisa tapi tidak mau. Ketidak mau-an itulah yang
saya sebut sebagai pengecut di atas. Ya kita sudah berubah dari seorang
pemenang, perlahan-lahan menjadi seorang pengecut hanya karena takut untuk
bermimpi. Apalagi untuk bermimpi besar.
Jujur saja untuk bisa bermimpi atau bermimpi besar memang tidaklah mudah.
Tapi mudah untuk dicoba.
Di sini saya sedang mencoba untuk berani bermimpi, bahkan bermimpi besar.
Agar dapat mengaktifkan kembali sel-sel pemenang saya, karena saya yakin kita
adalah para pemenang.
Bagaimana dengan anda, berani bermimpi besar?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar